Jakarta – Tahukah detikers kalau ternyata liburan yang biasanya menjadi masa-masa bahagia, ternyata juga bisa menjadi pemicu stres?

Sebuah survei oleh American Psychological Association (APA) tahun 2023, menemukan bahwa terdapat 89% orang Amerika Serikat mengaku stres saat liburan dan 41% mengaku stresnya meningkat selama liburan.

Sedangkan menurut Aliansi Nasional Kesehatan Mental AS tahun 2023 juga melaporkan ada 64% orang yang menderita sakit mental makin memburuk kondisi mentalnya saat liburan. Dilansir dari studi Greenberg Quinlan Rosner tahun 2006 pula, orang yang berpenghasilan rendah mengalami stres saat masa liburan.

Berikut empat penicu stres ketika liburan beserta cara mengatasinya dari doktor psikologi dari California Institute of Integral Studies, Michele DeMarco PhD, Rev seperti dilansir dari Psychology Today:
1. Kewalahan
Kewalahan ini dapat terjadi ketika menghadapi segala hal yang berat untuk ditangani. Hal ini dapat menyebabkan diri merasa panik, lemah, gangguan mental, sensitif, pelupa, sulit berkonsentrasi, menghambat tidur, dan sebagainya.

Cara mengatasi kewalahan ini dapat dilakukan dengan cara:
Identifikasi sumber utama kewalahan, dengan cara mempertanyakan diri sendiri tentang sumber penyebab rasa kewalahan tersebut.
Tetapkan batasan pada diri, dapat dengan batasan waktu, tugas, atau beranikan diri untuk menolak sesuatu dan memilih untuk meminta bantuan orang lain.
Kurangi rasa perfeksionisme dan lebih merasa cukup atas semuanya.
Hilangkan prasangka atau asumsi yang membatasi diri.
Berhenti berpikir tentang segala konsekuensi terburuk yang akan terjadi.
Lakukan sesuatu yang baru dan buat diri lebih nyaman.
Berhentilah untuk menilai diri sendiri terhadap orang lain dan berbuatlah apa adanya untuk mengatur perasaan, pikiran, dan tindakan diri sendiri.
Cobalah membuat saran untuk diri sendiri atas masalah yang ada.
Carilah komunitas yang dapat mendukung diri berkembang dan produktif.

2. Isolasi Sosial dan Kesepian
Isolasi sosial adalah kurangnya hubungan pribadi dan dukungan sosial yang membuat diri merasa kesepian. Kesepian ini dapat menyebabkan diri tertekan.

Menurut studi National Academies, Sciences, Engineering, Medicine AS tahun 2018, menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga orang dewasa berusia 45 tahun ke atas merasa kesepian. Lalu seperempat orang berusia 65 tahun ke atas mengalami isolasi sosial.

Penelitian lain dari Cigna tahun 2018 juga menunjukkan bahwa hampir setengah dari 20.000 orang AS merasa kesepian. Lalu 40% di antaranya mengaku merasa terisolasi. Pada hari libur, angka ini meningkat.

Isolasi sosial dan kesepian dapat menyebabkan depresi, kecemasan, obesitas, bunuh diri, demensia, diabetes, gangguan tidur, penurunan kognitif, sampai kematian dini. Maka berikut ini cara mengatasi masalah tersebut:

Carilah dukungan dengan menentukan jadwal bertemu dengan keluarga, teman, atau orang lain.
Ikutilah kegiatan yang bermakna dan terarah seperti menjadi sukarelawan atau melakukan hobi dan mempelajari hal baru.
Mengobrol dengan orang yang dipercayai untuk mendapatkan saran.
Lakukan obrolan video call atau komunikasi lainnya untuk mendukung.
Peliharalah hewan sebagai sumber kebahagiaan dan mengurangi stres.
Tetap aktif bergerak secara fisik dengan berolahraga bersama teman.
Mulai berkenalan dengan orang baru atau tetangga sekitar.
Ikutilah organisasi agama untuk memperdalam spiritualitas diri.
Ikuti program lembaga layanan sosial, pusat komunitas, atau perpustakaan umum.
Bergabunglah komunitas tertentu yang memiliki tujuan sama dengan diri.

3. Depresi
Menurut studi American Psychiatry Association (APA) tahun 2020, depresi mempengaruhi 1 dari 15 orang dewasa dalam hal negatif. Orang depresi akan sulit menjalani liburan karena dapat mengingat peristiwa-peristiwa masa lalu yang mungkin menyakitkan.

Gejala umum depresi adalah perubahan suasana hati, kekurangan energi, kehilangan minat dan kesenangan dalam kegiatan, perubahan nafsu makan, sulit tidur, kelelahan, putus asa, sedih, sulit konsentrasi, dan sebagainya. Sedangkan depresi pada waktu tertentu, seperti saat musim gugur dan musim dingin saja disebut sebagai Seasonal Affective Disorder (SAD).

Begini cara mengontrol depresi selama liburan:
Temuilah terapis atau ahli kesehatan apabila gejala yang timbul parah dan lama.
Tetaplah aktif bergerak keluar rumah agar mengurangi depresi.
Bagikan isi perasaan kepada orang yang dipercayai.
Batasi waktu selama liburan dengan orang yang dapat memicu emosi negatif.
Makanlah makanan yang sehat dan seimbang nutrisinya.
Cobalah untuk menjaga jadwal tidur yang konsisten dan cukup.
Bersikaplah realistis tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan.
Dengarkan musik, menulis jurnal, atau membuat afirmasi positif.


4. Kesedihan
Kesedihan dapat dialami karena merasa kehilangan, penyesalan atas sesuatu, atau karena kecelakaan. Kesedihan biasanya mencerminkan tentang apa yang dicintai, hargai, dan sayangi sehingga bisa mencakup banyak hal.

Gejala kesedihan ini bisa adanya tekanan fisiologis, kecemasan, kebingungan, kerinduan, takut dengan masa depan. Oleh karena itu hal berikut dapat mengurangi rasa kesedihan tersebut:

Jangan paksakan diri untuk liburan dan lakukan aktivitas lain yang membuat diri nyaman.
Periksa diri sendiri tentang pikiran dan harapan yang realistis bagaimana liburan nantinya.
Jujurlah dengan diri sendiri dengan bersikap baik untuk memproses emosi.
Biarkan orang lain mendukung dan membantu diri dalam beberapa hal.
Biarkan perasaan dan emosi berubah-ubah, namun tetap menjaga intensitasnya.
Lakukanlah hal-hal baru yang dapat menyegarkan diri.
Beranikan diri untuk menjauh dari tekanan lingkungan saat liburan apabila merasa tidak nyaman.

Dari beberapa penyebab stres di atas, maka apabila diri sendiri atau orang di sekitar ada yang mengalaminya, akan lebih baik untuk memberi perhatian lebih kepada mereka. (sc:detik.com)

By admin

Leave a Reply