Jakarta – Batasan diri dalam suatu hubungan adalah faktor penting untuk menciptakan hubungan yang aman dan nyaman. Batasan yang membuat perasaan aman ini, menurut pakar akan mendorong hubungan yang lebih intim.

Psikolog klinis di New York, Daniel S Lobel, PhD, mengatakan individu yang paling sehat memiliki hubungan intim dengan batasan-batasan yang sehat pula.

Di sisi lain, orang yang lemah untuk memahami batasan diri, cenderung tidak bisa menerima batasan dari orang lain.

“Individu yang tidak mampu memahami batasan atau memang sengaja melanggarnya, dapat menunjukkan adanya gangguan kepribadian atau menolak batasan orang lain,” ujarnya dikutip dari Psychology Today.

Cara Menerapkan Batasan Diri
Lobel mengatakan, untuk menerapkan batasan dengan orang lain, perlu sikap konfrontasi dan berani mengungkapkannya.

Cara ini digunakan untuk menyatakan kepada orang lain mengenai batasan apa saja yang diterapkan, seperti adanya perilaku tertentu yang tidak dapat diterima.

Ada beberapa orang yang menganggap konfrontasi sebagai tindakan agresif dan membuat diri tidak nyaman. Maka, perlu cara yang lebih baik untuk mengungkapkan batasan tersebut kepada orang lain.

Sebagai contoh cara yang lebih lembut tersebut adalah ketika meminta izin untuk merokok di rumah orang lain dan orang tersebut membalas dengan lembut pula. Namun orang dengan kepribadian lemah, maka tidak akan meminta izin seperti itu sehingga bisa membuat tuan rumah merasa terganggu.

Ketika tuan rumah marah, maka akan muncul bentuk konfrontasi yang kasar dan agresif untuk melarang orang lain merokok di rumahnya. Bahkan gaya kasar tersebut bisa menjadi ungkapan merendahkan atau menghina dengan tujuan melarang orang lain merokok di rumahnya.

Dalam hal ini hal agresif tersebut dapat memicu tindakan pembangkangan secara terang-terangan, seperti merokok secara sengaja atau membuang puntungnya sembarangan di rumah.

Maka alternatifnya adalah merokok di kamar mandi dengan jendela terbuka dan kipas angin menyala.


Cara Berkomunikasi dengan Lembut
Maka terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat batasan dengan lebih lembut seperti berikut:
1. Bicaralah dengan suara atau nada yang lembut dengan penuh kasih sayang kepada orang lain.

2. Bersikaplah menghormati orang lain daripada menuntut.

3. Tunjukkan sikap menghargai bahwa orang lain menghormati batasan yang dibuat dan membutuhkan usaha dari mereka.

4. Berikan saran untuk membuat mereka nyaman dengan tetap patuh terhadap batasan yang ada.

Sebagai contoh jika ingin menetapkan batasan mengenai larangan merokok di rumah dengan lembut, maka dapat dengan mengatakan hal berikut:
“Kami sangat senang dan berterima kasih atas kunjungan Anda ke rumah. Karena kami tahu Anda seorang perokok, maka kami sudah menyiapkan beberapa kursi dan ventilasi untuk anda merokok di dek kami. Jika ada hal lain yang bisa kami bantu untuk kenyamanan Anda, silakan beri tahu kami. Kami menghargai kebaikan Anda.”

Namun ketika suatu batasan seperti di atas justru dilanggar, maka memang akan sulit untuk bersikap lembut kepada pelanggar tersebut.

Maka dalam hal ini untuk mencegah pelanggaran, perlu adanya sikap yang sedikit tegas namun tetap lembut dan sopan dalam menegurnya.

Kalimat yang bisa diucapkan adalah sebagai berikut:
“Mohon maaf, aku harus tegas soal larangan merokok di dalam rumahku. Kira-kira, hal apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu lebih nyaman agar kita bisa menikmati waktu kita bersama?”

Menurut Lobel, dengan tetap mengutamakan sikap lembut, maka hubungan akan mendapatkan manfaat positif. Selain itu, menambahkan sifat konfrontasi yang lembut juga dapat berguna untuk berkomunikasi dengan orang lain. (sc:detik.com)

By admin

Leave a Reply